TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Tanaman kakao termasuk marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae
yang banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta, dan perkebunan
Negara. Sistematik tanaman kakao adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantea
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao
Kakao secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe besar, yaitu
Criollo (Amerika Tengah dan Amerika Selatan) dan Forastero (Amazona dan
Trinitario). Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generativ ataupun
vegetatif. Kakao lindak umumnya diperbanyak dengan benih dari klon-klon induk
yang terpilih. Sedangkan kakao mulia umumnya diperbanyak secara vegetatif.
Namun, kakao lindak pun dewasa ini juga sering diperbanyak secara vegetatif
untuk meningkatkan mutu dan hasil. Budidaya kakao sangat ditentukan oleh
tersedianya benih dan bibit yang baik untuk menjamin tersedianya benih yang
bermutu ( Cahyono 2010).
PEMBAHASAN
2.1
MENYIAPKAN WADAH dan MEDIA TANAM
Media
tanam bibit kakao terdiri atas campuran tanah, pupuk kandang, dan pasir dengan
perbandingan 1:1:1. Campuran tanah yang umum digunakan adalah tanah kebun yang
subur dan pupuk kandang. Media tanam sebaiknya diayak terlebih dulu agar
butiran tanahnya seragam. Media tanam dicampur secara merata dan difumigasi
agar terlindung dari nematoda atau organisme pengganggu.Media tanam kemudian di
tempatkan pada polibag berukuran 20cm x 30cm atau 15cm x 20cm, tergantung umur
bibit siap tanam.
Kantong
plastik yang digunakan berwarna hitam. Kantong diberi 16 lubang untuk bibit
siap tanam umur 4-5 bulan. Untuk bibit kakao siap tanam 5 bulan, polibag
berukuran 25 x 40 cm dengan 24 lubang. Media tumbuh dalam kantong plastik
ditata dalam bedengan pembibitan di bawah atap buatan.
Model
penataan polibag adalah satu barisan . Jarak antara barisan rapat serta
antarbarisan polibag 20cm. Model barisan ganda baik dilakukan untuk mencegah
bibit dalam polibag jatuh dan mudah dalam perawatannya.
2.2
MENYIAPKAN BENIH
Benih
kakao dapat diambil dari bagian ujung, tengah, atau pangkal buah. Selanjutnya,
benih dibersihkan dari daging buah (pulp) dengan menggosok memakai serbuk
gergaji atau abu dapur. Setelah kulit benih tampak jelas, benih bisa langsung
disemai.
2.3
MENYEMAI BENIH
Benih
kakao dapat disemaikan di karung goni atau pasir halus. Fase kecambah untuk
penyemaian di media karung goni ditandai dengan munculnya akar sepanjang
0,5-1,0 cm. Sedangkan fase di pasir halus ditandai dengan adanya keping biji
tegak di atas media pasir.
1.
Penyemaian
pada media karung goni
Benih kakao yang sudah bersih dari
daging buah disemaikan di atas karung goni yang telah dibasahi dengan air.
Penyemaian dilakukan dengan jarak 0,5 cm X 0,5 cm, lalu hamparan benih tersebut
ditutup dengan karung goni yang basah. Benih disiram satu kali pada pagi hari.
Kriteria benih telah berkecambah
yaitu dengan munculnya akar sepanjang 0,5 cm dengan waktu selama lima hari.
Setelah berkecambah, benih dipindahkan ke dalam polibag untuk pembibitan.
2.
Penyemaian
pada media pasir halus
Penyemaian benih
kakao menggunakan media pasir halus dilakukan setelah benih kakao bersih dari
daging buah dan diletakkan di bedengan dengan jarak 2,5 cm – 4 cm. Benih
disemaikan dengan posisi benih tidur, karena kakao memiliki perkecambahan epigeus.
Sebelum benih
kakao ditanam, media pasir halus harus disiram air sampai penuh. Benih
dimasukkan ke dalam media pasir sampai permukaan benih sama dengan permukaan
pasir. Kriteria benih telah berkecambah pada media pasir halus yaitu dengan
keping biji benih tersebut telah terangkat ke permukaan tanah dengan memerlukan
waktu sekitar 12 hari. Setelah berkecambah, benih tersebut dapat dipindahkan
pada media tumbuh dalam polibag untuk dibibitkan.
2.4
Pemindahan kecambah ke pembibitan
Pemindahan kecambah kakao di dalam polibag dilakukan sebelum keping
biji membuka dan masih berdaun kecil. Sebelum dipindahan, terlebih dahulu media
tanam disiram dengan air sampai penuh. Selanjutya, media tanah dilubangi dengan
sepotong kayu kecil. Setelah itu media bibit dibongkar dengan menggunakan
soklet yang terbuat dari bambu. Pembongkaran dilakukan dengan mengikutkan
sedikit media agar akar kakao tidak banyak yang putus. Selanjutnya, di sekitar
akar dan batang kakao dipadatkan dan bibit kecambah kakao yang baru pertama
dipindahkan tidak boleh mengalami kekeringan. Bibit kecambah kakao akan tumbuh
dalam beberapa hari dengan keping bijinya membuka dan munculnya daun pertama.
2.5
Pemeliharaan bibit
a.
Penyiraman
Kegiatan penyiraman bibit kakao
dilakukan satu kali dalam sehari pada waktu pagi hari. Apabila kondisi kering,
penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari pada waktu pagi dan sore hari. Jika
pada musim penghujan, bibit kakao tidak perlu disiram.
b.
Pemupukan
Pemberian pupuk nitrogen pada bibit
kakao untuk memacu pertumbuhan vegetatif yaitu dengan memberikan pupuk urea/ZA.
Pemupukan dilakukan dua kali dalam seminggu dengan dosis 2 gr per bibit dan
diberikan dengan jarak 3 cm dari batang dengan melubangi media lalu disiram
dengan air.
c.
Penyiangan
gulma
Kegiatan penyiangan gulma dilakukan
secara manual dengan pencabutan rumput yang tumbuh di media dan dilaukan 1-2
kali dam seminggu.
d.
Pengendalian
hama serta penyakit
Perlindungan bibit kakao terhadapa
hama terutama hama ulat daun dan penghisap cairan sel-sel daun muda ( flush)
perlu dilakukan. Umumnya insektisida yang digunakan adalah deltamitrin (Decis
2,5 EC), sihalotrin (Matador 25
EC), dan sipermetrin (Sherphard
50 EC) dengan dosis sesuai tertera di labelnya. Adapun pemberian
fungisida, seperti Cobox, Copersandoz, dan Nordox digunakan untuk preventif
terhadap penyakit yang menyerang bibit kakao, seperti jamur Phytopthora
palmivora dan Cercospora sp. Dengan konsentrat formulasi 0,3%.
e.
Penjarangan
atau bedengan
Pertumbuahn bibit kakao di bedengan
perlu dilatih secara bertahap agar bibit kakao beradaptasi dengan penyinaran di
kebun. Latihan tersebut dengan cara menambah sinar matahari yang masuk
menerobos atap bedengan dengan mengurangi naungan sejalan dengan umur bibit
kakao. Dengan demikian, cahaya matahari yang diterima bibit semakin besar
dengan bertambahnya umur bibit kakao.
f.
Penyeleksian
bibit kakao
Laju pertumbuhan bibit kakao
tidaklah sama. Oleh karena itu, dilakukannya seleksi bibit. Bibit yang
pertumbuhannya terhambat diambil dan diletakkan dibedengan lain dan dipacu
pertumbuhannya dengan pemupukan ekstra. Sedangkan bibit kakao yang
pertumbuhannya normal dikelompokkan menjadi satu dan diatur jarak antar bibit
agar tidak terjadi persaingan dalam mandapat sinar matahari.
2.6
Bibit siap tanam
Kriteria bibit kakao siap tanam asal benih (semaian) dilakukan
dengan cara mengukur pertumbuhannya pada umur 4-5 bulan. Parameter penilaianya
adalah tinggi, jumlah daun dan diameter
batang bibit kakao. Diameter batang diukur 5 cm dari permukaan tanah dan tinggi
batang diukur dari permukaan tanah/leher akar.
2.7
Teknik menghasilkan bibit kakao sambung dan okulasi
Perbanyakan vegetatif lebih cepat menghasilkan buah dibandingkan
perbanyakan secara generatif sehingga banyak digunakan untuk peremajaan tanaman
yang kurang produktif (Pudji Rahardjo:2011).
a.
Menyiapkan
bibit batang bawah
Umur 4 – 5 bulan adalah umur yang
pas untuk bibit kakao yang akan disambung atau ditempel (okulasi). Kriteria
untuk menyiapkan bibit batang bawah adalah kuat dan sehat, tidak ada gejala
kekurangan cahaya atau etiolasi.
b.
Menyiapkan
entres kakao
Entres batang yang digunakan sebagai
bibit sambungan adalah cabang/ranting plagiotrop atau cabang buah. Kriteria
entres kakao yang baik untuk disambungkan sebagai berikut:
1.
Kulit
cabang/ranting sudah bewarna hijau kecoklatan
2.
Cabang/ranting
berumur kurang lebih 4 bulan
3.
Pertumbuhan
sehat dan mempunyai panjang entres 20 – 40 cm
4.
Ketiak
daun tidak menunjukkan gejala munculnya bunga
5.
Satu
minggu sebelum pemotongan entres dilakukan penghilangan daun
6.
Penggambilan
entres dilkukan pada pagi hari dan dijaga tetap segar
Untuk perbanyakan okulasi. Mata diambil dari entres batang atas
kakao yang warna hijau kecoklatan
c.
Proses
penyambungan bibit
Berikut adalah tahapan-tahapan perbanyakan secara sambung dan
okulasi
1.
Sambung
Cara menyambung bibit kakao adalah dengan memotong batang bawah
pada ketinggian 20-25 cm dengan menyisikan minimal 2 daun. Batang bawah dibelah
dari atas ke bawah sepanjanbg 3-4 cm. Sementara, enters batang atas dipotong
2-3 ruas dengan panjang sekitar 10 cm. Diameter entres diusahakan sama dengan
batang bawah. Enters disayat membentuk huruf V dengan bidang sayat yang rata.
Selanjutnya, entres dimasukkan ke dalam celah batang bawah yang telah disiapkan
dan diikat dengan tali plastik. Sambungan kemudian ditutup dengan kantong
plastik dan diikat erat.
2.
Okulasi
Okulasi pada bibit kakao adalah proses menyisipkan mata tunas dari
entres batang atas kakao yang berwarna hijau kecoklatan ke bibit batang bawah.
Bibit yang baik untuk diokulasi adalah bibit yang dalam keadaan tumbuh aktif.
Bibit kakao untuk batang bawah merupakan tanaman umur 5 bulan
dengan lilit batang sekitar 2 cm. Bibit disayat mendatar sehingga membentuk
huruf U. Setelah itu, hasil sayatan ditarik dari bawah ke atas membentuk lidah
kecil. Pengambilan entres batang atas dari mata tunas dengan cara menyayat dan
mengikuti sedikit bagian kayu tempat mata tunas menempel. Ukuran entres lebih
kecil dari ukuran lidah. Potongan mata opkulasi segera ditempelkan di bawah
lidah yang telah dibuat. Selanjutnya, lidah ditutupkan dan diikat dengan tali
plastik sedemikian rupa dari bawah ke atas menyerupai susunan genteng.